Oknum Karyawan PTPN VIII Rusak Ratusan Pohon Pisang di Kadudampit Sukabumi

Oknum karyawan PTPN VIII rusak pohon pisang milik petani kadudampit
Pohon pisang yang rusak setelah dibabad oknum karyawan PTPN VIII

BERITAUSUKABUMI.COM-Ratusan pohon pisang dan kapol milik dua orang petani penggarap di Kampung Kadupugur Desa Undrusbinangun Kecamatan Kadudampit Kabupaten Sukabumi, rusak setelah dibabad habis oknum karyawan PTPN VIII Kebun Goalpara.

Ratusan Pohon Pisang dan Kapol yang rusak dibabad tersebut diketahui milik Ujang Sulaeman (ketua RT setempat) dan milik Encep Umar (Ketua RW setempat).

Total ada sekitar 500 pohon pisang, tanaman kapol 300 lebih dibabad habis dan sebagian tanaman alfukat juga dirusak menggunakan obat pemusnah rumput.

Bacaan Lainnya

LIHAT JUGA : 

“Berdasarkan informasi dari korban dan salah satu pelaku perusakan, bahwa perusakan oleh oknum karyawan PTPN VIII tersebut atas perintah seseorang yang ingin menguasai lahan garapan tersebut,”ungkap Ketua Serikat Petani Indonesia (SPI) Sukabumi Raya, Rozak Daud kepada BERITAUSUKABUMI.COM, Sabtu (8/4/2023).

Tidak hanya melakukan perusakan pohon pisang yang sudah produktif. Buah pisangnya diambil paksa alias dicuri oleh para perusak tersebut.”Kurang lebih ada 500 pohon pisang habis dibabad, dan buahnya pun dicuri oleh mereka,”ujar Rozak Daud.

Sebelum melakukan perusakan yang diduga dilakukan Rabu (5/4/2023) sore dan baru ketahuan esok harinya (Kamis) lanjut Rozak Daud, sempat ada oknum aktor intelektualnya yang sempat melakukan intimidasi dengan meneror Ujang Sulaeman dan Encep Umar dengan menunjukan senapan.

Selain pamer senapan, oknum aktor intelektual perusakan pohon pisang itu juga mengirim foto atribut berbau militer

“Ngirim juga video sedang melakukan latihan penembakan, bahkan mengaku menjadi bagian dari salah satu lembaga tinggi negara,”kata Rozak.

Selain mengintimidasi kepada petani, menurut Rozak Daud, serangan oknum aktor intelektual perusakan ini pun juga ditujukan terhadap dirinya.

Malah yang sangat disayangkan ada kalimat berbau SARA yang dialamatkan kepada dirinya.”Ini adalah salah satu cara-cara kolonial Belanda mengadu domba masyarakat pada saat menjajah Nusantara, dan sekarang kebiasaan itu masih digunakan oleh Perusahaan Milik Negara,”pungkasnya.


editor : Irwan Kurniawan

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *