Ngeri Kembali Terulang di Sukabumi, Ibu Kerja jadi TKW Anak Disiksa Ayah di Rumah

kekerasan terhadap anak
kekerasan terhadap anak/foto:pixabay.com

BERITAUSUKABUMI.COM-Kembali terulang kasus kekerasan atau penyiksaan terhadap anak kandung sendiri di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat yang dilakukan ayah kandungnya sendiri.

Setelah kasus penyiksaan terhadap anak kandung sendiri dilakukan ayah sendiri terjadi di Kecamatan Tegalbuled Kabupaten Sukabumi pada 27 Agustus 2023 lalu, kini kasus penyiksaan kepada anak kandung sendiri yang dilakukan ayah kandungnya terjadi di Desa Buniwangi Kecamatan Surade, pada Selasa 14 November 2023.

Motif penyiksaan ayah kandung terhadap anaknya sendiri di Surade pun nyaris sama dengan kasus penyiksaan yang terjadi di Tegalbuled. Motifnya kesal terhadap sang istri yang sedang bertaruh nasib dengan jadi TKW di Arab Saudi.

Bacaan Lainnya

BACA JUGA : 

Viral Video Seorang Ayah di Tegalbuled Marahi dan Siksa Anaknya

Ini Kronologis Kekerasan Ayah Terhadap Anaknya di Tegal Buled Sukabumi

Mirisnya, kesal ke istri yang kerja di Arab Saudi tapi anak sendiri jadi pelampiasan amarah durjana, dendam membara.

Konyolnya lagi, sambil direkam lalu lakukan tindakan kekerasan atau penyiksaan fisik ke anak sendiri kemudian video hasil rekeman itu dikirim ke istrinya, hingga ujungnya nyebar dan viral di media sosial.

Anehnya, dengan telah menyiksa anak, amarah durjana dan membaranya hilang dan batinnya terpuaskan, meski akhirnya perbuatannya harus berurusan dan sudah ditahan pihak kepolisian.

Penyebab Alasan Orangtua Tega Menyiksa Anaknya Sendiri

Disalin dari mommiesdaily.com, sedikitnya ada 10 faktor alasan orangtua kandung sendiri tega melakukan tindakan kekerasan terhadap anaknya.

1. Masa kecil yang juga penuh tindak kekerasan
Ketika seorang anak tumbuh besar di lingkungan yang penuh kekerasan, ada dua kemungkinan:

Dia menyadari bahwa ini salah dan tidak menyenangkan, maka dia tidak akan membiarkan anak-anaknya kelak merasakan hal yang sama, atau dia mencontohkan dan menggap bahwa inilah pola asuh yang benar. Bahwa memang seperti inilah anak-anak seharusnya dididik dan diasuh.

Jika poin kedua yang terjadi, maka tindak kekerasan akan berulang, menurun ke anak-anaknya.

2. Ingin mengontrol anak sepenuhnya
Ada orang tua yang tidak ingin disepelekan oleh anak, maka dia menciptakan hubungan antar orang tua dan anak yang penuh rasa takut. Mereka ingin memiliki kontrol penuh pada anak-anaknya. Konsep seperti ini bisa jadi kembali lagi masa lalu atau karena mereka sangat ingin menjadi orangtua yang terbaik, jadilah tanpa sadar mereka terlalu keras. Padahal, gaya pengasuhan seperti ini hanya akan menciptakan anak yang membenci orangtuanya kelak.

3. Ekspektasi yang terlalu tinggi
Ada orangtua yang memiliki ekspektasi ketinggian pada anak-anaknya . Anak harus disiplin. Anak harus sopan. Anak harus berprestasi. Dan biasanya ekspektasinya semakin tinggi, maka harapannya akan semakin realistis. Inilah yang memicu tindak kekerasan. Ketika harapan yang tidak realistis tak terpenuhi, orang tua menjadi frustrasi dan berakhir dengan perilaku kasar terhadap anak.

4. Tekanan teman sebaya
Ya, bukan hanya anak remaja yang rentan terhadap tekanan teman sebaya. Orangtua pun mengalami hal yang sama. Ketika dia melihat anak-anak lain di lingkungannya terlihat manis, santun, bisa diatur, berperilaku, sedangkan anaknya kok tidak seperti itu, maka ego sebagai orang tua yang dianggap berhasil mendidik anak pun muncul. Jadi mereka menjadi kasar agar anak-anak mereka bisa mendengarkan mereka. Dan semua demi reputasi si orangtua.

5. Ketergantungan terhadap alkohol atau narkoba
Anak yang lahir dari orang tua yang memiliki ketergantungan terhadap alkohol atau obat-obatan sudah otomatis lahir di lingkungan yang penuh kekerasan. Jika mereka tidak mampu bertanggung jawab terhadap diri sendiri, bagaimana dia bisa bertanggung jawab terhadap hidup seorang anak?

6. Tidak mendapat dukungan sama sekali dari keluarga
Paham banget kan, menjadi orangtua itu melelahkan luar biasa. Maka, ketika orang tua baru sama sekali tidak memiliki sistem pendukung yang baik dari anggota keluarga besar lainnya, atau tidak memperoleh bantuan sama sekali, hanya si ibu atau hanya ayah dan ibu yang mengurus, kemungkinan terjadi tindak kekerasan yang sangat besar. Kurang tidur, kurang waktu untuk diri sendiri, kurang teman berbagi cerita, kurang asupan makan, tingkat frustasinya semakin meningkat dan hilang kesabaran terhadap anaknya.

7. Gangguan emosi atau mental
Ketika seseorang memiliki masalah kejiwaan sekaligus berperan sebagai orangtua, maka kesulitannya akan berlipat ganda. Dan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri, menangani masalah kejiwaannya dan mengurus anak dapat menciptakan perilaku kasar terhadap anak.

8. Memiliki anak berkebutuhan khusus
Secara normal saja, anak-anak itu membutuhkan perhatian kita secara terus menerus. Saat ini, membayangkan orang tua dengan anak berkebutuhan khusus, yang artinya si anak butuh perhatian, butuh waktu lebih dari anak normal pada umumnya. Lelah sebagai orangtua pun juga ganda :). Tak heran, saat orang tua merasa lelah, sedih, khawatir, terkadang putus asa, mereka bisa jadi hilang kesabaran dan menjadi kasar.

9. Keterbatasan finansial
Memiliki anak yang sama artinya membutuhkan biaya yang terus menerus, dan terkadang biayanya tidak sedikit. Ketika orang tua memiliki keterbatasan finansial, tak mampu memberikan yang terbaik untuk anak, bahkan terkadang kesulitan memberikan kebutuhan dasar si kecil, maka rasa tidak berdaya berubah menjadi kemarahan.

10. Hubungan yang tidak sehat antara suami dan istri
Rasa kecewa terhadap pasangan memiliki kans yang besar untuk membentuk pola pengasuhan seperti apa yang akan dilakukan pada anak. Ketika kita membenci pasangan, tak jarang kita ingin menyakiti dia, dan ini bisa dilakukan melalui anak.


editor : Irwan Kurniawan

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *