BERITAUSUKABUMI.COM-Berdiri sejak pada tahun 2018, Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah (MDTA) Mahabatur Rasul dan pesantren di Kampung Batu Sapi, Kelurahan/Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, hingga saat ini belum pernah tersentuh bantuan.
Baik bantuan dari pemerintah pusat, provinsi, maupun pemerintah daerah, belum pernah diperoleh MDTA Mahabatur Rasul. Selama ini untuk keberlangsungan operasional, pengelola MDTA Mahabatur Rasul mengandalkan keuangan dari penjualan kerajinan tangan limbah kayu.
Limbah kayu yang dibuat kerajinan, jadi satu-satunya andalan MDTA Mahabatur Rasul untuk menghidupi keberlangsungan lembaga.
Rata-rata, murid di MDTA Mahabatur Rasul ini adalah anak yatim dan fakir miskin. Izin operasional lembaga pendidikan keagamaan Islam ini sudah lengkap dan terdaftar di Kementerian Agama Kabupaten Sukabumi.
LIHAT JUGA :
- 12.842 Ribu Guru MDTA Sukabumi Dapat Bantuan BAZNAS
- Alasan Bupati Marwan Hamami Dinobatkan jadi Bapak Pendidikan Al-Quran
Kendati demikian, lembaga pendidikan nonformal di bawah Yayasan Mahabatur Rasul tersebut tetap eksis berjuang mencerdaskan anak bangsa khususnya di bidang pendidikan keagamaan Islam.
“Alasan lembaga pendidikan keagamaan Islam ini didirikan karena tersentuh hati melihat fakir miskin di Kampung Batu Sapi terabaikan oleh pemerintah daerah,” kata Ketua Yayasan Mahabatur Rasul, Habib Muhammad Fahmi Assegaf, belum lama ini.
“Makanya kami berinisiatif mendirikan MDTA yang didanai dari hasil karya kerajinan limbah kayu. Intinya, kami merasa simpati dengan keadaan di Kampung Batu Sapi,”tambahnya.
Menurut Habib Fahmi, pemerintah daerah maupun perusahaan BUMN PLTU Jabar 2 Palabuhanratu sulit diajak kerja sama untuk kebaikan, khususnya dalam pengembangan pendidikan agama Islam bagi warga kurang mampu yang terdapat di Kampung Batu Sapi. Sehingga dari mulai berdiri hingga saat ini, MDTA Mahabatur Rasul sulit berkembang karena kurangnya kepedulian dari pemerintah.
“Sekarang kami hanya berharap kepada Allah SWT saja. Kalau mengharap bantuan dari pemerintah maupun pihak swasta seperti mengemis, kami gak mau seperti itu,” tegasnya.
Untuk diketahui, pada tahun 2018, MDTA Mahabatur Rasul memiliki sebanyak 87 murid. Namun, pada tahun 2020 hingga 2023, jumlah murid di lembaga pendidikan nonformal ini menurun yakni hanya 41 orang. Sedangkan santriwan dan santriwati di Pondok Pesantren Mahabatur Rasul berjumlah 14 orang.
“Untuk santriwan/santriwati, ada yang dari Kalimantan dan Sukabumi. Karena asrama untuk para santri terbatas, makanya banyak yang tidak betah mondok di sini,”pungkasnya.
penulis : A. Nanan (CR1)
editor : Irwan Kurniawan