Anggota DPR RI Dewi Asmara Soroti Tingginya Peningkatan Jumlah Penderita DBD

nggota Komisi IX Dewi Asmara menyoroti tingginya jumlah penderita demam berdarah dengue (DBD) yang kembali meningkat di awal tahun 2024.
Anggota Komisi IX Dewi Asmara

BERITAUSUKABUMI.COM-Anggota Komisi IX Dewi Asmara menyoroti tingginya jumlah penderita demam berdarah dengue (DBD) yang kembali meningkat di awal tahun 2024.

Peningkatan jumlah penderita DBD ini dikonfirmasi oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pada Rapat Kerja dengan Komisi IX DPR RI.

Untuk informasi, sebaran kasus DBD Tahun 2024 sampai dengan Minggu ke-18 (5 Mei 2024) terjadi dengan temuan total 91.269 kasus di Indonesia.

Bacaan Lainnya

Provinsi Jawa Barat menjadi provinsi dengan jumlah kasus tertinggi yakni 23.454 kasus. Sementara itu, jumlah kematian akibat DBD Tahun 2024 di Indonesia tercatat total 641 kematian.

Dewi Asmara mengatakan Kemenkes seharusnya memiliki persiapan pencegahan yang masif agar kasus DBD dapat diantisipasi dan tidak lantas meningkat.

Dewi Asmara pun meminta Kemenkes mengevaluasi efektivitas program-program pencegahan yang telah dilakukan Kemenkes selama ini. Mengingat, kasus DBD masih tinggi setiap tahunnya.

BACA JUGA :

“Ke depan tidak terjadi peningkatan kasus dengue dan yang kemudian menyebabkan kematian ini bagaimana upaya strategis? Karena satu sisi Bapak (Menteri) mengatakan ini adalah siklus tahunan. So what kalau siklus tahunan? Apa mau dibiarin setiap siklus tahunan yang mati-mati (dibiarkan) aja gitu? Daerah perkotaan yang banyak dan juga kan tentunya saya yakin tidak seperti itu yang dimaksudkan,” tegas Dewi dalam Raker Komisi IX dengan Kemenkes di Gedung Nusantara I, DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (21/5/2024) lalu.

“Karena satu sisi Bapak (Menteri) mengatakan ini adalah siklus tahunan. So what kalau siklus tahunan? Apa mau dibiarin setiap siklus tahunan yang mati-mati (dibiarkan) aja gitu?,”sambungnya.

BACA JUGA :

Dewi Asmara menambahkan, edukasi gerakan 3M (menguras, mengubur, dan menutup) seharusnya tidak hanya menjadi jargon saja, melainkan benar-benar menjadi edukasi masif yang dipastikan masyarakat terus disadarkan untuk melakukannya. Sehingga dapat efektif dan berkelanjutan.

“Kita tidak bosan-bosannya mengatakan cuci tangan, tapi di masyarakat gerakan cuci tangan paling efektif hanya ketika pandemi, setelah itu ya ingat-ingat lupa. Tapi itulah masyarakat harus disadarkan dengan berkelanjutan. Kami ingin tahu bahwa yang 3M ini kalau nggak efektif, upayanya seperti apa?” tanya Politisi Fraksi Partai Golkar ini.

BACA JUGA :

Dewi Asmara juga mempertanyakan potensi pencegahan melalui vaksin dengue yang juga telah direkomendasikan oleh WHO (World Health Organization). Kemenkes diminta untuk mempertimbangkan rekomendasi WHO tersebut untuk diterapkan di Indonesia.

“Ini apakah tidak mungkin? mengingat seperti polio lah, akhirnya Indonesia bahkan memproduksi obat polio. Kalau memang (DBD) ini tahunan, apa tidak pernah terpikirkan untuk memasukkan vaksinasi ini paling tidak buat anak-anak lah. Jadi pengawasan terhadap sekolah, dan vaksin ini masuk ke dalam program vaksin nasional, kan katanya tiap tahun,”tandasnya.(advertorial).


editor : Irwan Kurniawan

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *