BERITAUSUKABUMI.COM-Diawal Bulan Ramadan 2025 ini, postingan foto, video dan berita tawuran perang sarung di sejumlah daerah di Kota dan Kabupaten Sukabumi ramai berseliweran di media sosial.
Dilaporkan, dalam peristiwa perang sarung yang didalamnya diisi senjata tajam dan batu tersebut, beberapa orang jadi korban. Warga sekitar yang jadi arena perang sarung dibuat khawatir.
Pihak kepolisian sudah berusaha mengantipasi perang sarung yang rata-rata dilakukan oleh remaja atau anak baru menginjak usia gede.
Dalam sejarah yang ada, Perang Sarung di bulan puasa atau Ramadan memang sudah ada. Tetapi perang sarung yang dimaksud bukan perang sarung dengan sesama orang Indonesia atau khususnya sesama orang yang mengaku Islam.
Perang sarung dalam sejarahnya adalah sebuah peristiwa sejarah yang terjadi di Indonesia pada tahun 1887. Peristiwa ini terjadi di daerah Banten, Jawa Barat, dan melibatkan masyarakat setempat yang beragama Islam.
Pada saat itu, pemerintah kolonial Belanda sedang melakukan ekspansi kekuasaannya di Indonesia. Masyarakat Banten, yang mayoritas beragama Islam, merasa terancam oleh kehadiran pemerintah kolonial Belanda.
Mereka khawatir bahwa pemerintah kolonial Belanda akan menghancurkan agama dan adat istiadat mereka.
Tepatnya, pada bulan Puasa tahun 1887, sekelompok masyarakat Banten yang dipimpin oleh seorang ulama bernama Haji Wasid, memutuskan untuk melakukan perlawanan terhadap pemerintah kolonial Belanda.
Mereka menggunakan sarung sebagai simbol perlawanan mereka, karena sarung adalah pakaian yang biasa digunakan oleh masyarakat Banten.
Perang Sarung berlangsung selama beberapa hari, dengan masyarakat Banten melakukan serangan terhadap pasukan kolonial Belanda.
Namun, pasukan kolonial Belanda memiliki kekuatan yang lebih besar dan lebih terorganisir, sehingga mereka dapat mengalahkan masyarakat Banten.
Perang Sarung memiliki dampak yang signifikan terhadap masyarakat Banten dan Indonesia secara keseluruhan. Peristiwa ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia memiliki semangat perlawanan yang kuat terhadap penjajahan kolonial Belanda.
Tetapi, peristiwa ini juga menunjukkan bahwa perlawanan yang tidak terorganisir dan tidak memiliki kekuatan yang cukup dapat mengalami kegagalan.
Oleh karena itu, peristiwa Perang Sarung menjadi pelajaran penting bagi masyarakat Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaannya.
Tentu kita semua berharap, kesucian Bulan Ramadan ini tidak dinodai oleh tindakan-tindakan negatif yang merugikan diri apalagi orang lain.
Lebih baik sesuai anjuran agama, bulan Ramadan ini diisi oleh kegiatan-kegiatan positif yang bisa lebih mendekatkan diri kita kepada Alloh SWT.