BERITAUSUKABUMI.COM-Kisah getir hidup si Doel asal Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi, ternyata tidak hanya susah secara ekonomi dan ditinggal kabur kedua orangtuanya.
Anak berusia 13 tahun bernama lengkap Muhammad Fadilah tapi lebih akrab dipanggil Doel ini pernah mencoba bunuh diri karena tidak diakui oleh ayah kandungnya sendiri, yakni Muhidin.
Menurut neneknya Doel, Engkom (55 tahun) cucunya itu mencoba ingin bunuh diri menggunakan pisau setelah Doel tidak diakui sebagai anak oleh Muhidin.
Tidak hanya tidak mengakui Doel sebagai anaknya, Muhidin yang kata pengakuan Engkom merupakan artis DMD (dangdut mania dadakan) MNC TV, juga tidak mengakui Engkom sebagai ibu kandungnya.
“Jadi gaduh putra teh tos teu diaku ayeuna teh, jadi cuek we ka abdi teh. Ceurik abdi teh langsung uwih abdi teh didinya teh (Jadi punya anak sudah tidak mengakui, jadi cuek ke saya. Nangis saya langsung pulang dari situ,”ungkap Engkom, menceritakan pengalaman pahitnya kepada BERITAUSUKABUMI.COM, Selasa (8/8/2023).
LIHAT JUGA :
- Kisah Getir Si Doel asal Palabuhanratu, Ditinggal Kedua Orangtua Semangat Ingin Tetap Sekolah
- Belum Pernah Tersentuh Bantuan MDTA Mahabatur Rosul Palabuhanratu Andalkan Hidup dari Jualan Kerajinan Limbah Kayu
Muhidin tidak mengakui ia sebagai ibunya dan Doel sebagai anaknya terjadi saat Engkom ingin menemui Muhidin sewaktu Muhidin tampil menghibur sebagai salah satu artis penyanyi dangdut lokal di acara Syukuran Hari Nelayan Palabuhanratu, di Dermaga Palabuhanratu, beberapa waktu lalu.
“Jadi cuek ka abdi teh, nyebatkeun ka abdi teh ngisinkeun, ngisinkeun naon ceuk abdi teh kitu nyak, abdi hayang nyarios ka anjeuna, apakah bade dilanjutkeun apakah moal sakola na, jadi teu aya jawaban, malah ngomong ulah sok ngerakeun anak (Jadi cuek ke saya, nyebut ke saya memalukan, memalukan apa kata saya, saya mau ngomong ke dia, apakah mau dilanjutkan apakah tidak sekolahnya (Doel), jadi tidak ada jawaban malah ngomong jangan suka memalukan anak),”ungkap Engkom.

Ibu kandung Doel pun sama, ibu kandungnya tidak bertanggungjawab alias lepas tangan terhadap Doel. Menurut Engkom, sejak usia 1,5 tahun Doel diasuh dan dibesarkan olehnya. Doel dan Engkom menetap di sebuah saung kebun garapan milik tetangganya berukuran 2 x 2 meter persegi.
Muhidin dan ibu kandungnya pun kata Engkom tidak pernah berkirim uang untuk kebutuhan hidup Doel.
Untuk bertahan dan memenuhi kebutuhan hidup, Engkom rela kerja apapun yang dia mampu, seperti jadi kuli cuci pakaian tetangga, jadi pengepul barang rongsok sampai mencari kayu bakar untuk dijual.
Tetangga yang baik hati dan peduli terhadap Engkom dan Doel sering memberi bantuan makanan kepada Engkom dan Doel.
Namun, dibalik getir kehidupan dan kesulitan ekonomi yang dialami Doel, semangat Doel untuk tetap bisa sekolah begitu membara serta patut dicontoh.
Doel yang yang lahir pada 5 November 2010 lalu ini, tetap ngotot ingin bersekolah. Doel ingin melanjutkan sekolah selepas dirinya tuntas sekolah SD.
Karena semangat kesungguhan Doel yang tetap ingin melanjutkan sekolah ke jenjang SMP. Orang-orang di sekeliling Doel yang peduli terhadap nasib dan masa depan Doel, berinisiatif menyekolahkan Doel ke SMP.
penulis : A. Nanan (CR1)
editor : Irwan Kurniawan