Kisah Getir Si Doel asal Palabuhanratu, Ditinggal Kedua Orangtua Semangat Ingin Tetap Sekolah

Kisah hidup si Doel asal Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi ini cukup memprihatinkan. Memprihatinkan karena di usianya yang baru 13 tahun, si Doel yang memiliki nama lengkap Muhammad Fadilah tapi lebih akrab dipanggil Doel ini harus merasakan getirnya hidup. Doel diasuh dan dibesarkan oleh neneknya bernama Engkom (55 tahun) yang sudah menjanda. Doel dan Engkom menetap di sebuah saung kebun garapan milik tetangganya berukuran 2 x 2 meter persegi.
Si Doel (depan memakai topi dan seragam SD)/foto:ist

BERITAUSUKABUMI.COM-Kisah hidup si Doel asal Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi ini cukup memprihatinkan. Memprihatinkan karena di usianya yang baru 13 tahun, si Doel yang memiliki nama lengkap Muhammad Fadilah tapi lebih akrab dipanggil Doel ini harus merasakan getirnya hidup.

Doel diasuh dan dibesarkan oleh neneknya bernama Engkom (55 tahun) yang sudah menjanda. Doel dan Engkom menetap di sebuah saung kebun garapan milik tetangganya berukuran 2 x 2 meter persegi.

Kisah hidup si Doel asal Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi ini cukup memprihatinkan. Memprihatinkan karena di usianya yang baru 13 tahun, si Doel yang memiliki nama lengkap Muhammad Fadilah tapi lebih akrab dipanggil Doel ini harus merasakan getirnya hidup.Doel diasuh dan dibesarkan oleh neneknya bernama Engkom (55 tahun) yang sudah menjanda. Doel dan Engkom menetap di sebuah saung kebun garapan milik tetangganya berukuran 2 x 2 meter persegi.
Si Doel saat berada di ruang kelas/foto:ist

Kondisi saung kebun garapan yang berada di Hutan Kota Blok Kiaralawang Desa Citepus, milik Pemda Kabupaten Sukabumi yang ditempatinya sangat tidak layak huni. Tak ada kamar, tiada dapur, dan tak ada pula jamban sebagaimana idealnya sebuah rumah.

Bacaan Lainnya

Doel terpaksa diasuh, dibesarkan neneknya dan tinggal di saung garapan kebun milik tetangganya lantaran kedua orangtua Doel telah bercerai. Ayah dan ibu Doel sampai saat ini pun entah di mana keberadaannya.

“Kegiatan sehari-hari kadang menjadi pengepul sampah di DAS Sungai Cigangsa,membantu bersih-bersih dan nyuci pakaian di tetangga,”ungkap Sopandi Koordinator FBM2PS kepada BERITAUSUKABUMI.COM, Senin (7/8/2023).

LIHAT JUGA :

Namun, dibalik getir kehidupan dan kesulitan ekonomi yang dialami Doel, semangat Doel untuk tetap bisa sekolah begitu membara serta patut dicontoh.

Doel yang yang lahir pada 5 November 2010 lalu ini, tetap ngotot ingin bersekolah. Doel ingin melanjutkan sekolah selepas dirinya tuntas sekolah SD.

“Karena tidak memiliki biaya, Doel sempat putus sekolah dan tidak bisa melanjutkan ke sekolah SMP. Tapi Doel tetap ingin sekolah,”terang Sopandi.

Karena semangat kesungguhan Doel yang tetap ingin melanjutkan sekolah ke jenjang SMP. Orang-orang di sekeliling Doel yang peduli terhadap nasib dan masa depan Doel, berinisiatif menyekolahkan Doel ke SMP.

“Kami komunikasikan dengan pihak SMP Negeri 3 Palabuhanratu, dan Doel diterima sebagai siswa di SMP Negeri 3 Palabuhanratu. Soal biaya pendidikan selama di SMPN 3 Palabuhanratu, kita akan usahakan bersama-sama, termasuk dengan pihak kepala sekolah SMPN 3 Palabuhanratu,”kata Sopandi.

Sopandi mengajak kepada semua kalangan yang peduli terhadap nasib Doel, untuk ikut membantu kehidupan dan pendidikan Doel.

“Terutama kepada pemerintah daerah terkait, agar merespon persoalan hidup yang dialami Doel,”harap Sopandi.


editor : Irwan Kurniawan

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *