Lagi, Kasepuhan Adat Ciptagelar Tolak Dikunjungi Tamu

Debus, salah satu atraksi yang ditampilkan di acara Seren Taun/foto:istimewa

BERITAUSUKABUMI.COM-Pemangku Kasepuhan Kampung Adat Ciptagelar Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi Jawa Barat kembali tidak membuka kunjungan tamu luar atau wisatawan termasuk para pedagang yang berniat datang ke acara Seren Taun ke-653 Kasepuhan Adat Ciptagelar di tahun 2021 ini.

Pengumuman keputusan tidak menerima tamu atau wisatan di acara Seren Taun 653 ini disampaikan juru bicara Kasepuhan Kampung Adat Ciptagelar, Yoyo Yogasmana.

“Persiapan menghadapi hajat besar akhir tahun, keputusan : SERENTAUN#653 Kasepuhan Ciptagelar MENOLAK DIKUNJUNGI – TAMU – PEDAGANG – PENGUNJUNG , kami hanya akan menyelenggarakan secara internal dengan Incu Putu Kasepuhan saja,”tulis Yoyo Yogasmana, di akun instagramnya, Jumat 30 Juli 2021.

Bacaan Lainnya

Artikel terkait :

Sebelumnya keputusan tidak membuka kunjungan pengunjung dari luar ini pernah dilakukan di acara Seren Taun ke-652 atau perayaan seren taun pada Tahun 2020 lalu.

Kendati sudah dilarang, tapi masih ada saja pengunjung yang tidak bermukim di Kampung Adat Ciptagelar, tetap datang berkunjung ke acara seren taun saat itu.

“Mohon maaf bagi yang mengaku warga Kasepuhan tetapi tidak menjalankan kewajiban sebagai warga, untuk juga menunggu waktu yang lebih kondusif lagi,”tulis Yoyo Yogasmana.

Keputusan pahit bagi sebagian pihak yang sudah terbiasa berkunjung di acara perayaan akbar seren taun ini tidak lepas dari penerapan PPKM dan kondisi masa Pandemi Covid-19 yang masih juga belum berakhir.

Ritual perayaan seren taun bagi warga adat Kampung Ciptagelar memiliki arti sisi filosofis dalam seluruh sendi-sendi kehidupan adat yang  didasarkan kepada kalender siklus padi.

Di mana sebelum perayaan puncak seren taun, sebelumnya ada ragam ritual kegiatan adat, antara lain, Ngaseuk, Sapang Jadian Pare, Selamatan Pare Ngidam, Mapag Pare Beukah, Upacara Sawenan, Syukuran Mipit Pare, Nganjaran/Ngabukti dan Ponggokan, dan Seren Taun sendiri adalah ritual terakhir sebagai wujud syukur terhadap anugerah alam.


editor : Irwan Kurniawan

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *