BERITAUSUKABUMI.com-Diantara bangsa paling sohor, beken dan dominan di dunia ini adalah bangsa China dan Yahudi. Sebelumnya Saya sudah menulis tentang “Belajarlah Pada Orang China”. Kini Saya narasikan terkait “Belajarah Pada Orang Yahudi”. Kita akan diskusi terkait bangsa Yahudi yang selalu menjadi enemy bagi hampir semua bangsa.
Terkait kebengisan, kekejaman dan kebiadaban bangsa Yahudi kita tidak harus mempelajarinya, kita harus menghindarinya. Namun ada sisi-sisi lain yang harus kita pelajari dari bangsa Yahudi. Membeci bangsa Yahudi dan menganggap semua yang berbau Yahudi adalah buruk tentu tak tepat. Membenci itu tak positif, hal yang positif adalah mempelajarinya.
Setelah mempelajari maka kita akan bisa menaklukan bangsa Yahudi. Taklukan bangsa Yahudi dengan mempelajari keunggulan bangsa Yahudi dan ketahui kelemahannya. Lemahkan keungguIannya, kuatkan keIemahannya. Diantara hal yang bisa kita pelajari dari bangsa Yahudi adalah, pertama bangsa Yahudi teruji secara mental dan intelektual.
Saat KTT OKI di Malaysia, Oktober 2003, PM Malaysia, Mahatir Muhammad mengatakan “Yahudi selama 2000 tahun ditindas, lalu berhasil bangkit, menggunakan strategi mengandalkan ‘otak’ dan ilmu pengetahuan”. Bangkit dengan otak unggul menghasilkan produk yang dibeli bangsa lain, termasuk para pembencinya.
Selanjutnya Mahatir mengatakan, “Bagaimana bisa 2000 tahun ditindas kini bisa menjadi bangsa dan mendirikan negara? Kuncinya ternyata penguasaan IPTEKS”. Benar pepatah bijak mengatakan, “Siapa yang menguasai IPTEKS maka Ia akan menguasai dunia”. Kita? Apa yang sudah kita kembangkan dengan IPTEKS.
Faktanya sejenis google, WA, FB dll, produk siapa? Siapa yang menjadi konsumen dari produk-produk bangsa Yahudi? Siapa yang membuat bangsa Yahudi makin kaya? Jangan-jangan di mulut teriak benci Yahudi tapi dompetnya digelontorkan untuk “bantu Yahudi”. Yahudi makin kaya karena kita? Bisa jadi demikian!
Dari segi jumlah, dibandingkan Islam dan Kristen, Yahudi sangat kecil. Dalam Atlas of The World’s Religions, disebutkan jumlah pemeluk agama Yahudi 15.050.000. Meskipun demikian, mereka adalah para pekerja tangguh dan memiliki perencanaan jelas dalam pergerakan mewujudkan negara Israel. Bangsa kita? Santai dalam bekerja, “semangat” dalam nyinyiran.
Dalam Kongres Zionis I di Basel, 1897, pendiri Zionisme modern, Theodore Herzl, sudah mencanangkan berdirinya negara Yahudi, 50 tahun kemudian. Rancangan itu terwujud dengan berdirinya negara Israel 14 Mei 1948 (Republika.com). Ungkapan bijak mengatakan “kejahatan” yang dikelola akan mengalahkan kebaikan yang tak dikelola. Kita? Dengan tetangga saja bertengkar. Tetangga beli kendaraan atau laptop produk Yahudi, kita yang stress.
Bangsa Yahudi dengan Zionisnya sangat apik, terukur, militan dan jor-joran dengan biaya tinggi. Kita? Mereka jumlahnya sangat sedikit tapi kompak. Kita? Kita jumlah ratusan juta malah “bertengkar” saling hujat. Kepala negara saja hasil pilihan rakyat malah dibuli habis-habisan. Dalam hal militansi dan kekompakan kita mesti belajar pada Yahudi. Sedikit tapi solid!
Bangsa kita menderita _sebut saja_ 350 tahun dijajah. Belum cukupkah kita menderita untuk bangkit? Memang dibanding bangsa Yahudi hampir 2000 tahun “dijajah” jauh sekali pengalaman “adversity quotient-nya”. Tanah kita “tanah surga” bawaannya malas dan tiduran, konsumtif dan senang gosip. Nonton sinetron, ghibah, kongkow dan segala yang berbau malas sangat kita nikmati.
Bangsa Yahudi yang tak punya tanah, kini dengan “merampok” tanah orang lain _millik Palestina_ mulai mendirikan negara. Bangsa kita dengan tanah yang luas malah tanahnya dirampok bangsa lain. Faktanya tidak sedikit orang kaya pemalas bangkrut. Tidak sedikit pula orang yang ngontrak tak punya tanah tapi kerja keras mampu membeli tanah yang Ia kontrak.
Orang Yahudi punya “motivasi” kuat saat berdiaspora tak punya tanah dan negara. Mereka mengatakan tanah Palestina adalah “Tanah Tak Bertuan Untuk Tuan Tanpa Tanah Yang Dijanjikan Tuhan”. Mereka memang jahat dan kejam bagai Si Gerandong. Bisa jadi mereka demikian karena trauma ribuan tahun atas kejahatan bangsa lain pada dirinya.
Membenci itu tidak positif, mempelajari jauh lebih positif. Siapa saja yang mengetahui potensi diri dan potensi musuhnya akan lebih unggul. Siapa saja yang menguasai IPTEKS akan menguasi dunia. Waspadalah. Kita faktanya adalah pasar bagi bangsa Yahudi. Pasar produk IPTEKS mereka. Ayo pelajari, lampaui dan kuasai. Bisa? Bisa dengan mempelajarinya dan tak cukup dengan sumpah serapah tapi produknya dibeli.