Manusia dan Realitas Fiktif

Dudung Nurullah Koswara

Adalah Profesor kebangsaan Yahudi yakni Prof. Yuval Noah Harari seorang filsuf dan sejarawan muda paling menggelitik saat ini. Ia adalah generasi muda yang memiliki lompatan pemikiran luar biasa, terkait kehidupan manusia. Buku karyanya jutaan dibeli pembacanya.

Ia lah yang mengatakan bahwa manusia lebih berbudaya dan beradab dibanding binatang karena ada konsep realitas fiktif. Kehidupan binatang hanya dalam satu dunia objektif. Ada gunung, hutan, sungai, lautan dan sejumlah benda objektif yang bisa diraba, dimakan, diminum dan didiami.

Beda dengan manusia. Manusia punya dua realitas. Pertama realitas objektif sebagaimana kehidupan hewan dan satu lagi adalah realitas fiktif yang tak dimiliki hewan atau binatang. Realitas fiktiflah yang membuat manusia menjadi beradab dan unggul dibanding binatang.

Yuval Noah Harari mengatakan bila manusia dan binatang simpanse keduanya dibuang ke hutan beIantara maka dipastikan simpanse akan bertahan hidup. Manusia dipastikan tidak bertahan lama hidup sebagaimana simpanse. Manusia membutuhkan manusia yang lainnya dan simpanse jauh lebih bisa hidup tanpa bantuan simpanse lainnya.

Manusia “terkontrol” dan hidup dalam kebersamaan, gotong royong, tertib kolabratif karena terkait hadirnya perspektif “realitas fiktif”. Manusia hidup dalam dua dimensi yang dianggapnya objektif ada. Pertama alam nyata dan kedua alam “realitas fiktif”.

Konsep-konsep fiktif dalam kehidupan manusia diantaranya seperti negara, Tuhan, uang, dan perusahaan. Hal menakjubkan adalah seiring dengan sejarah, realita fiktif ini menjadi sedemikian kuatnya sehingga kini, kekuatan terbesar di dunia adalah konsep-konsep fiktif tersebut. Manusia makin maju dan berkembang karena konsep fiktifisasi.

Uang menurut Yuval Noah Harari adalah realitas fiktif yang sangat dipercayai. Uang tidak bisa dimakan dan diminum, namun Ia bisa membeli makanan dan minuman. Uang dikisahkan, dipercaya, disepakati, diakui semua manusia sebagai aIat tukar yang bisa ditukarkan dimana pun.

Ya faktanya ada uang selembar nilai nominal Rp. 200 dan ada pula uang dengan nominaI Rp 100 ribu. Sama-sama uang kertas, sama-sama satu lembar, sama-sama tidak bisa dimakan langsung. Namun diceritakan, disyahkan, disepakati bersama walau pun sama-sama satu lembar antara Rp 2000 dengan Rp 100 ribu tapi punya “kekuatan” daya tukar berbeda.

Uang dan Tuhan versi Yuval Noah Harari adalah realitas fiktif dalam kehidupan manusia. Tuhan kisahnya dan uang kisahnya disepakati dalam realitas kehidupan semua umat manusia sebagai sebuah kebenaran yang sangat diakui. Tuhan itu ada, uang itu bernilai tukar. Tuhan dan uang sangat dipercaya. Ibarat Surga, Neraka, Agama sangat dipercaya.

Nilai tukar uang itu realitas fiktif, kisah yang didesign dalam otak kolektif umat manusia dan semuanya percaya. Siapa pun yang membawa uang dolar atau rupiah akan bisa ditukarkan. Orang percaya perjalanan itu butuh uang dan akan sangat bermanfaat bagi hidup dimana pun.

Perjalanan kehidupan manusia pun butuh Tuhan, agama dan Surga. Orang percaya, disepakati bahkan diimani dengan sangat baik. Tuhan, Agama, Surga adalah dimensi fiktif dalam entitas manusia versi Yuval Noah Harari. Bukan realitas objektif. Tuhan, Surga dan Neraka tak bisa diraba, dilihat. Tapi sangat dipercaya.

Dalam simpulan Yuval Noah Harari dua realitas fiktif antara Tuhan dan uang mana yang paling dipercaya? Faktanya yang paling dipercaya oleh umat manusia di muka bumi ini bukanlah Tuhan melainkan uang. Semua percaya pada uang tapi pada Tuhan tidak semua percaya. Faktanya memang ada yang atheis.

Manusia ada yang atheis tapi tidak ada yang amoney. Manusia bahkan ada yang berani mengorbankan Tuhannya demi uang. Lagu Nicky Astria mengisahkan tentang uang. Uang bisa membuat manusia mabuk kepayang. Uang segalanya bagi manusia. Bagi simpanse tak butuh uang. Ia hanya butuh pisang.

Uang adalah realitas fiktif, Tuhan adalah realitas fiktif, tapi pisang adalah realitas objektif. Simpanse tak butuh uang dan Tuhan, mereka hanya butuh realitas objektif dalam bentuk makanan langsung. Mengapa simpanse, bintang hewan kehidupannya tidak maju-maju? Selain tidak berakal, mereka tidak hidup dalam dimensi realitas fiktif yang imajinatif.

Manusia makhluk unik. Unikasinya sangat dahsyaat. Ia makhluk beriman, Ia pun makhlum berimajinasi. Iman, imajinasi adalah realitas fiktif yang tak objektif dan tak bisa diraba, dilihat, disimpulkan. Manusia adalah makhluk yang hidup di dua dimensi yakni dimensi fiktif imajinatif Imani dan objektif alami naturali. Itulah versi pemikiran Yuval Noah Harari dalam narasi.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *