Kebangkitan kembali Bahasa Sunda Setelah Mati

ᎪᎡᎡᎾᎳ-ᏆᏙ

BERITAUSUKABUMI.COM-Bahasa Sunda baru terangkat kembali pada abad ke 19, ditandai dengan hadirnya kamus (Bahasa Belanda-Melayu dan Sunda) pada tahun 1841.

Tentunya sudah berbeda dengan bahasa sunda yang terangkum dalam naskah kuno pra kolonialisme Jawa (Demak & Mataram).

Akan tetapi itu dianggap suatu momentum kebangkitan kembali bahasa Sunda, setelah lama tertidur dan mati di kalangan aristokrat dan terpelajar istana yang beralih ke bahasa Jawa terutama di abad ke 17 dan 18.

Raden Haji Moehammad Moesa, sastrawan Pasundan pada abad ke 19 mengatakan : sebelum abad 19 bahasa Sunda tidak begitu dikenal di Eropa , tergusur eksistensinya oleh budaya Jawa.

Perlu diketahui bahwa Raden Haji Moehamad Moesa adalah ayah dari Kartawinata dan Kakek dari Suria Kartalagawa pendiri Negara Pasundan.

Peran Belanda juga cukup signifikan dalam mengangkat kembali bahasa Sunda dengan mendukungnya melalui pendidikan , penerbitan Kamus dan penerbitan buku. Boleh dibilang bahasa Sunda di Priangan adalah produk bahan ajar dari masa itu..

Tonggak-tonggak peristiwa pada abad 19, (Mikihiro Moriyama : semangat baru , kolonialisme,budaya cetak dan kesusasteraan.

Sunda pada Abad 19

1. Tahun 1841 terbit kamus bahasa Belanda Melayu dan Sunda oleh Roorda di Amsterdam senarai kosakata dikumpulkan oleh Andreas De Wilde, secara resmi bahasa Sunda mendapatkan pengakuan sebagai bahasa mandiri

2. Tahun 1842 Robert Van hoevell pendeta yang bertugas di Batavia menuliskan dalam sebuah jurnal istilah-istilah etnografi perbedaan djalma Soenda dan wong Jawa.

3. Tahun 1843 Pieter mijer sekretaris perhimpunan Batavia seni dan ilmu pengetahuan mengumumkan hadiah 1000 gulden dan medali emas untuk siapa saja yang bisa menyusun kamus bahasa Sunda yang baru dampaknya merangsang orang Eropa untuk mempelajari bahasa Sunda.

4. Tahun 1862 terbit kamus Sunda dalam bahasa Inggris oleh Jonathan Rigg, seorang Inggris pengusaha perkebunan di Bogor selatan.

“Ini membuat sedih karena penyusunya bukan orang Belanda” kata Koorders (1863). Koorder adalah seorang Doktor Teologia dan hukum yang ditugaskan ke Hindia Belanda tahun 1862 untuk mendirikan sekolah guru (Kweeks school).

5. Tahun 1872 pemerintah kolonial mengumumkan bahwa bahasa Sunda paling murni adalah bahasa Sunda yang dituturkan di Bandung.

Hal ini berkaitan dengan para sarjana dan penginjil dalam menyusun kamus tata bahasa Sunda yang mereka pelajari. Mereka berpendapat bahwa setiap bahasa memiliki satu bentuk yang murni. Tahun 1912 ditegaskan kembali bahwa dialek Bandung sebagai bahasa Sunda baku. Buntut dari penetapan tersebut berpengaruh hingga kini.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *