Siapa Habib Syekh bin Salim Al-Athas, Makamnya yang Diziarahi Kapolres Sukabumi Kang Dede

Kapolres Sukabumi AKBP Maruly Pardede (Kang Dede) berziarah ke Makam Habib Syekh bin Salim Al-Athas
Kapolres Sukabumi AKBP Maruly Pardede (Kang Dede) berziarah ke Makam Habib Syekh bin Salim Al-Athas

BERITAUSUKABUMI.COM-Dalam rangkaian kunjungan silaturahmi ke pimpinan Pesantren Almasthuriyah Tipar, Cibolangkaler, Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi, Kapolres Sukabumi AKBP Maruly Pardede atau akrab disapa Kang Dede, menyempatkan diri untuk berziarah ke makam salah seorang keturunan Rasulullah Nabi Muhammad SAW yakni Habib Syekh bin Salim Al-Athas, Selasa (10/1/2023).

Dipandu salah seorang keluarga pimpinan Pesantren Almasthuriyah dan seorang pengurus Harian MUI Kabupaten Sukabumi, Habib Lutfi bin Jindan, Kang Dede khusu mendoakan almarhum Habib Syekh bin Salim Al-Athas.

Selesai berdoa untuk Habib Syekh bin Salim Al-Athas, Kang Dede sempat lebih mendekat ke makam dan memegang pusara makam Habib Syekh bin Salim Al-Athas.

Bacaan Lainnya

Sebelum meninggalkan komplek pemakaman Habib Syekh bin Salim Al-Athas dan pendiri Pesantren Almasthuriyah yakni KH Muhammad Masthuro. Kang Dede sempat menanyakan kepada Habib Luthfi bin Jindan tentang siapa Habib Syekh bin Salim Al-Athas.

Habib Luthfi bin Jindan pun secara singkat menceritakan siapa Habib Syekh bin Salim Al-Athas ke Kang Dede. Lalu siapa dan bagaimana perjalanan sejarah Habib Syekh bin Salim Al-Athas hingga jasadnya dimakamkan di komplek Pesantren Almasthuriyah?.

LIHAT JUGA : KH A. Komarudin Puasa 20 Tahun Tak Pernah Marahi Istri

Dinukil dari buku dengan judul Kisah Indah Al-Masthuriyah karya alumni Almasthuriyah, Daden Sukendar. Dalam buku itu disebutkan pada Tahun 1920, ada seorang keturunan Rasulullah Muhammad SAW atau yang biasa disebut Habib, datang ke Indonesia, kala itu Indonesia masih disebut Hindia Belanda.

Habib itu tidak lain adalah Habib Syekh bin Salim Al-Athas, seorang habib berasal dari Hadramaut, Yaman. Habib Syekh bin Salim Al-Athas datang ke Indonesia setelah berguru ke berbagai ulama di berbagai tempat dalam berbagai bidang disiplin keilmuan.

Kapolres Sukabumi ziarah ke makam Habib Syekh bin Salim Al-Athas
Kapolres Sukabumi, Kang Dede (kiri) saat ziarah ke makam Habib Syekh bin Salim Al-Athas

Bisa dikatakan Habib Syekh bin Salim Al-Athas yang waktu itu baru berusia 27 telah cukup waktu untuk mendakwahkan ilmunya.

Habib Syekh bin Salim Al-Athas memilih Indonesia yang waktu masih dalam keadaan terjajah sebagai palagan pengabdian semata.

Habib Syekh bin Salim Al-Athas datang ke Indonesia menemui para habib yang telah lebih dulu tinggal di Indonesia.

Setelah berkelana ke berbagai tempat, Habib Syekh bin Salim Al-Athas memilih Sukabumi sebagai tempat tinggalnya. Habib Syekh bin Salim Al-Athas saat itu tinggal di daerah Cikole, Kota Sukabumi.

Di Sukabumi, Habib Syekh bin Salim Al-Athas menjadi guru para ulama dan kiai dari Sukabumi. Tidak hanya dari Sukabumi, murid-murid Habib Syekh bin Salim Al-Athas juga ada dari Cianjur dan Bogor, serta daerah lainnya.

Pada tahun yang sama di daerah Sukabumi, seorang kiai bernama KH Muhammad Masthuro mendirikan sebuah pesantren setelah berkalana ke sana ke mari berguru kepada satu kiai ke kiai lain dalam berbagai disiplin ilmu.

KH Muhammad Masthuro waktu itu berusia 19 tahun. Tapi dengan semangat begitu menggebu, KH Muhammad Masthuro memiliki cita-cita ingin menyinari masyarakat dari kegelapan dan ketidaktahuan.

KH Muhammad Masthuro ingin mengenalkan agama dengan berdakwah dan mendirikan pesantren sebagai tempat pengamalan ilmunya, serta sebagai bentuk pengabdiannya kepada masyarakat untuk mendapat ridhlo Allah SWT.

Kala itu di mata para ulama dan kiai di Sukabumi dan daerah lain yang telah membuka pesantren, Habib Syekh bin Salim Al-Athas dijadikan guru oleh mereka. Salah satu di antaranya adalah KH Muhammad Masthuro.

Di dalam buku Kisah Indah Al-Masthuriyah pula disebutlan bahwa KH Masthuro meski stausnya sudah menjadi pemimpin pesantren tetap ikut mengaji kitab-kitab yang dilaksanakan Habib Syekh bin Salim Al-Attas.

Tak hanya Kiai Masthuro yang berguru, para ulama dan kiai terkenal di Sukabumi juga berguru kepada Syekh bin Salim Al-Athas.

Tercatat misalnya KH Ajengan Muhammad Syuja’i Ciharashas, tokoh NU dari Cianjur, KH Ajengan Abdullah Sanusi (Sukamantri, tokoh NU Sukabumi), KH Ajengan Aang Sadzili Cibeureum, dan KH Buya Mukhtar, pimpinan Pesantren Annidzom Panjalu Selabintana Sukabumi.

Namun, diantara sekian banyak murid-murid Habib Syekh bin Salim Al-Athas, KH Masthuro lah yang memiliki kedekatan tersendiri dengan Habib Syekh bin Salim Al-Athas.

Habib Syekh bin Salim Al-Athas dalam buku itu disebutkan memiliki penilaian terhadap sifat-sifat mulia pada diri KH Muhammad Masthuro. Terutama dalam sifat ketawaduan, keikhlasan, ta’dzimnya kepada sang guru guru, serta kecerdasan dan sifat-sifat baik lainnya.

Habib Syekh bin Salim Al-Athas begitu mencintainya karena sikap dan sifat KH Masthuro itu. Begitu juga dengan KH.Masthuro kepada Habib Syekh bin Salim Al-Athas, KH Masthuro sangat cinta dan menghormati Habib Syekh bin Salim Al-Athas.

Hubungan keduanya begitu sangat amat dekat, sehingga pada saat menjelang wafatnya, pada Tahun 1978. Permintaan Habib Syekh bin Salim Al-Athas ingin jasadnya dikebumikan di samping makam KH Masthuro, sang murid kesayangan dan kepercayaannya itu yang terlebih dahulu wafat Tahun 1968, tanggal 27 Rajab, tepat pada Jumat malam pukul 22.10 WIB.


editor : Irwan Kurniawan

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *