Sejarah Lahirnya PMII

BERITAUSUKABUMI.com-Pemikiran ini sebenarnya sudah terlontar pada Kongres ke-2 di Pekalongan, tetapi kondisi IPNU sendiri yang masih perlu pembenahan menyebabkan ide ini belum ditanggapi secara serius. Selanjutnya dalam konferensi besar IPNU 14-16 Maret 1960 di Kaliurang, Yogyakarta, diputuskan terbentuknya suatu wadah mahasiswa NU yang terpisah secara struktural dari IPNU-IPPNU.

Sebelumnya secara terpisah sudah terdapat beberapa organisasi lokal yang mewadahi mahasiswa NU seperti IMANU (Ikatan Mahasiswa Nahdlatul Ulama) di Jakarta (1955), Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) di Surakarta (1955), Persatuan Mahasiswa Nahdlatul Ulama (PMNU), dan di banyak tempat lainnya.

Upaya ini kurang mendapat dukungan IPNU, yang waktu itu para pengurusnya sebagian besar terdiri dari para mahasiswa, yang akhirnya diakomodasi dengan pembentukan Departemen Perguruan Tinggi. Sayangnya, integrasi dalam satu wadah, antara mahasiswa dan pelajar ini kurang berhasil mengingat kebutuhan antara pelajar dan mahasiswa berbeda dan gerak dari Departemen Perguruan Tinggi IPNU terbatas mengingat ia tidak diakui dalam Persatuan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia (PPMI), suatu konferderasi organisasi mahasiswa.

Bacaan Lainnya

Faktor eksternal adalah HMI (Himpunan Mahasiswa Islam Indonesia), yang tokohnya dekat dengan Masyumi, dan banyak tokoh di dalamnya terlibat dalam PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia).

Inilah faktor yang menyebabkan dibentuknya organisasi tersendiri. Kebutuhan NU akan pengembangan mahasiswa juga dinilai mendesak karena NU sebagai partai politik waktu itu membutuhkan kader dengan kapasitas intelektual yang tinggi untuk memegang jabatan strategis, yang sejauh ini lebih banyak diberikan kepada orang luar yang kemudian baru di-NU-kan.

Pendirian PMII dimaksudkan sebagai alat untuk memperkuat partai NU, sebagian besar programnya berorientasi politik. Hal ini dilatarbelakangi pertama, anggapan bahwa PMII dilahirkan untuk pertama kali sebagai kader muda partai NU sehingga gerakan dan aktivitas selalu diorientasikan untuk menunjang gerak dan langkah partai NU.

Kedua, suasana kehidupan barbangsa dan bernegara waktu itu sangat kondusif untuk gerakan politik sehingga politik sebagai panglima betul-betul menjadi kebijakan pemerintah Orde Lama. Dan PMII sebagai bagian dari komponen bangsa mau tidak mau harus berperan aktif dalam konstelasi politik seperti itu.

Dari keputusan Konbes Kaliurang ini akhirnya dibentuk 13 sponsor pendiri organisasi mahasiswa yang terdiri dari:

1.    Cholid Mawardi (Jakarta)

2.    Said Budairy (Jakarta)

3.    M Sobich Ubaid (Jakarta)

4.    M Makmun Syukri BA (Bandung)

5.    Hilman (Bandung) 6.    H Ismail Makky (Yogyakarta)

7.    Munsif Nahrawi (Yogyakarta)

8.    Nuril Huda Suady  HA (Surakarta)

9.    Laily Mansur (Surakarta)

10.  Abd Wahad Jailani (Semarang)

11.  Hisbullah Huda (Surabaya)

12.  M Cholid Narbuko (Malang)

13.  Ahmad Husain (Makassar) Selanjutnya, dilakukan musyawarah di Surabaya 14-16 April 1960 yang memutuskan pemberian nama Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan penyusunan Peraturan Dasar PMII, yang dinyatakan mulai berlaku pada 17 April.

Tanggal inilah yang digunakan sebagai peringatan hari lahir PMII. Nama PMII adalah usulan dari delegasi Bandung dan Surabaya, serta mendapat dukungan dari Surakarta.

Delegasi Yogyakarta mengusulkan nama Perhimpunan Persatuan Mahasiswa Ahlusunnah wal Jamaah dan Perhimpunan Mahasiswa Sunny, sedangkan utusan Jakarta mengusulkan (IMANU) Ikatan Mahasiswa NU.

Tak sampai setahun, organisasi mahasiswa ini melakukan kongres pertamanya di Tawangmangu Surakarta dengan 13 cabang. Selanjutnya, pada kongres kedua tahun 1963, sudah mencapai 31 cabang, 18 cabang merupakan cabang baru.

PMII secara tegas berkeinginan untuk menjaga dan memelihara ajaran Islam Ahlusunnah wal Jamaah. Ini mengingat aspirasi mahasiwa NU kurang terakomodasi dalam organisasi mahasiwa Islam yang sudah ada sebelumnya.

Berikut adalah ketua umum PB PMII dari masa ke masa:

1960-1961        Mahbub Junaidi

1961-1963        Mahbub Junaidi

1963-1967        Mahbub Junaidi

1967-1970        M Zamroni

1970 -1973        M Zamroni

1973-1976        Abduh Paddare

1977-1981        Ahmad Bagdja

1981-1984        Muhyiddin Arubusman

1985-1988        Suryadharma Ali

1988-1991        M Iqbal Assegaf

1991-1994        Ali Masykur Musa

1994-1997        Muhaimin Iskandar

1997-2000        Syaiful Hari Anshori

2000-2002        Nusron Wahid

2003-2005        Malik Haramain

2005-2007        Hery Herianto Azumi

2008-2011        Rodli Kaelani

2011-2013        Adin Jauharuddin

2014-2016        Aminuddin Ma’ruf


Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/67358/sejarah-lahirnya-pmii

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *