Sebelum Meninggal Lia Eden Pernah ke Sukabumi Tantang Nyi Roro Kidul

BERITAUSUKABUMI.COM-Pemimpin aliran Salamullah Lia Aminuddin alias Lia Eden telah meninggal dunia, Jumat 9 April 2021 lalu.

Selain ajarannya telah dicap MUI sesat dan menyesatkan yang berujung penahanan dirinya oleh pihak kepolisian. Semasa masih hidup, perempuan yang mengaku titisan Malaikat Jibril ini kerap membuat kontroversi dan heboh.

Aksi heboh Lia Eden antara lain saat Lia dan pengikutnya pernah di Bulan Agustus Tahun 1999 silam datang ke Pantai Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi.

Bacaan Lainnya

Lia Eden bersama sekitar 75 pengikutnya ke Palabuhanratu bukan untuk bertamasya atau keperluan biasa lainnya. Lia Eden ke Palabuhanratu ternyata hanya untuk melakukan ritual memerangi Ratu Pantai Selatan Nyi Roro Kidul.

Tidak diketahui persis Lia Eden bersama pengikutnya melakukan ritual memerangi di bibir pantai mana. Hanya sejumlah sumber menyebut Lia Eden melakukan ritual di bibir Pantai Pelabuhanratu yang jaraknya tidak jauh dari komplek Inna Samudera Beach Hotel. Hotel yang kadung identik dengan sosok legenda Nyi Roro Kidul.

“Iya informasinya begitu, Lia Eden sengaja ke Palabuhanratu karena ingin membinasakan Nyi Roro Kidul, yang mereka anggap jadi lambang kemusyrikan,”ujar Diyat Supriatna, warga Palabuhanratu saat dikonfirmasi BERITAUSUKABUMI.COM Minggu 11 April 2021.

Pemberitaan sejumlah media menyebutkan, selama 45 menit Lia Eden memimpin pengikutnya untuk melakukan salat berjamaah di bibir pantai. Dan pada bagian akhir ritualnya Lia Eden menjerit lalu mengucap dengan keras kalimat “Allahu Akbar. Lepaskanlah hamba dari kutukan Roro Kidul.” Sambil berteriak, Lia menghunus sebilah keris sepanjang 20 sentimeter di depan dadanya.

Tetapi soal luka hunusan keris yang dilakukan Lia Eden itu banyak media tidak tahu kelanjutannya.

Sejarah sepak terjang Lia sudah dimulai sejak 1997. Lia awal berprofesi sebagai perangkai bunga kering. Singkat cerita, Lia mengaku di dalam dirinya bersemayam malaikat Jibril. Saat itu pula, Lia menceraikan suaminya karena merasa telah menjadi pasangan Jibril.

Ia pun mengubah nama menjadi Lia Eden. Lia mulai mempelajari agama Kristen pada 1998. Ia lantas membuat lagu yang dipenuhi dengan istilah Islam dan Kristen. Setahun berikutnya, Lia mengenal reinkarnasi dari ajaran Hindu dan mengklaim sebagai titisan Bunda Maria. Meditasi, merangkai bunga, dan memahat batu yang dianggap sebagai bagian dari ajaran Buddha pun dilakoni.

Pertengahan 2000, Lia mendeklarasikan agama Salamullah, agama baru hasil penyatuan agama-agama yang ada.

Karena diusir warga, Salamullah yang semula berpusat di Cisarua, Bogor, Jawa Barat, pindah ke kediaman Lia di Jalan Mahoni. Tepat 5 Desember 2005, rumah tersebut ditasbihkan menjadi Istana Tahta Kerajaan Tuhan sekaligus kiblat spiritual dunia. Puluhan orang tinggal bersama-sama di tempat itu dan menjalankan ritual Komunitas Eden.

Dalam perjalanannya, ajaran yang disebar Lia menuai pro dan kontra. Tak sedikit kalangan yang menentang dan mencap Salamullah sesat.

Mereka bahkan menuntut agar Lia diadili karena telah menistakan agama. Majelis Ulama Indonesia bahkan mengeluarkan fatwa pada 1997 yang menyatakan ajaran Lia tergolong aliran sesat. Lia diminta segera kembali ke ajaran yang benar. “Karena dia muslim,” ujar Ketua MUI Amidan saat itu.

Meski secara agama dihakimi sebagai aliran sesat, secara hukum Lia belum dapat dikatakan menodai agama seperti yang tercantum dalam Pasal 156 KUHP.

Almarhum KH Abdurrahman Wahid menilai ajaran Lia terlahir karena adanya krisis kepercayaan terhadap agama-agama yang ada.

Bila dilihat dari segi hukum, ujar pria yang akrab disapa Gus Dur ini, tak ada yang sesat dalam proses pendirian sebuah ajaran kecuali ditetapkan oleh Mahkamah Agung. “Terjadi pelanggaran terhadap hak-hak Lia,” ujar Gus Dur.

Meski demikian, sebagai seorang muslim, Gus Dur mengakui ajaran yang disebar Lia adalah keliru.

Penulis Ayyatul Husna
Editor : Abi Rikat Elang Perkasa

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *