BERITAUSUKABUMI.COM-Kasus keracunan makanan yang dialami 19 warga Gang Gempar Kelurahan Gedongpanjang Kecamatan Citamiang Kota Sukabumi, pada Minggu 7 Agustus 2022 lalu cukup menyedot perhatian. Menyedot perhatian karena asal musabab keracunan berasal dari makanan tradisional yakni Dodongkal atau Dongkal.
Di mana, 19 warga yang mengalami keracunan tersebut mengalami keracunan seusai menyantap Dodongkal yang dijajakan seorang pedagang Dodongkal keliling.
Korban keracunan Dodongkal ini sudah ditangani pihak medis setempat, dan pihak kepolisian juga sudah melakukan penulusuran kenapa Dodongkal yang dijajakan pedagang keliling itu bisa mengakibatkan keracunan termasuk mengambil sampel Dodongkal yang masih tersisa untuk dilakukan test laboratorium.
Keracunan makanan Dodongkal atau jenis makanan lainnya banyak disebabkan karena makanan sudah tercampur atau terkontaminasi organisme, seperti bakteri, virus, parasit dari bahan kimia atau logam.
Makanan yang sudah terkontaminasi bisa terjadi kapan saja, baik itu melalui awal produksi maupun saat sedang diolah untuk dikonsumsi.
Dikutip dari alodokter.com berikut ini adalah perilaku yang dapat menyebabkan terjadinya keracunan makanan
1. Tidak menyimpan makanan dengan benar, seperti tidak menyimpan daging dan susu dalam suhu yang tepat
2. Tidak memasak makanan hingga matang, sehingga bakteri yang ada di dalam makanan tidak terbunuh seluruhnya
3. Menyiapkan makanan tanpa mencuci tangan sebelumnya
4. Kontaminasi silang akibat penggunaan alat masak yang sama untuk makanan mentah dan matang.
5. Minum susu dan keju yang tidak dipasteurisasi
Asal Mula Dodongkal
Disalin dari wikipedia.org Dodongkal adalah sejenis makanan tradisional khas Indonesia yang termasuk ke dalam kelompok jajanan pasar. Bahan makanan ini terbuat dari beras yang ditumbuk halus hingga menghasilkan tepung. Kemudian tepung beras yang telah halus diisikan gula aren dan dikukus.
Dongkal biasanya disajikan diatas daun pisang dan ditaburi parutan kelapa diatasnya. Dongkal termasuk kedalam makanan jajanan pasar Indonesia yang mulai langka. Makanan ini bisa ditemui di beberapa daerah di Jawa Barat seperti Sukabumi, Bogor, dan Cianjur. Di daerah Bandung, Dongkal dikenal dengan nama awug. Dongkal biasa disajikan bersama secangkir teh sebagai kudapan.
Ciri Khas Dodongkal
Dongkal memiliki adonan dasar yang sama dengan adonan kue putu, yaitu tepung beras dan gula aren. Namun, dongkal yang telah matang memiliki tekstur yang lebih kenyal dibandingkan kue putu. Dongkal juga berwarna putih karena tidak diberikan campuran warna hijau dari daun suji seperti pada putu. Dongkal mempunyai ciri khas dalam hal pembuatannya. Jika kue putu biasanya dibuat dalam cetakan potongan bambu atau pipa, dodongkal dikukus menggunakan kukusan berbahan anyaman bambu berbentuk kerucut, dalam bahasa Sunda disebut Aseupan. Lalu dimasukkan ke alat pengukus khas tradisional Sunda, yang disebut seeng.
Umumnya, seeng berbentuk dandang, tetapi bagian tengahnya meramping sementara bagian leher dan dasarnya lebih lebar. Dengan bentuk seperti ini, uap yang dihasilkan bisa tetap berada di dalam dandang sehingga dodongkal senantiasa hangat. Dodongkal yang telah matang akan menghasilkan warna ‘belang-belang’ hasil kombinasi lapisan berulang tepung beras dan gula aren.
Dodongkal yang sudah matang kemudian dituangkan dalam bentuk seperti nasi tumpeng, lalu dipotong-potong menjadi beberapa bagian supaya mudah dinikmati. Sebagai pelengkap, biasanya ditaburi dengan parutan kelapa sehingga rasanya jadi lebih gurih.
Kandungan Gizi pada Dodongkal
Dodongkal adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Dodongkal mengandung energi sebesar 7 kilokalori, protein 1,3 gram, karbohidrat 15,8 gram, lemak 0,9 gram, kalsium 0,01 miligram, fosfor 0 miligram, dan zat besi 0,2 miligram. Selain itu di dalam Dodongkal juga terkandung vitamin A sebanyak 0 IU, vitamin B1 0 miligram dan vitamin C 0 miligram. Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 40 gram Dodongkal, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 100 persen.
editor : Hasna Fatimah Zahra