Kematian Bayi 3 Bulan di Sukabumi Masih Menjadi Misteri

Belum diketahui atas Penyebab kematian Muhammad Kenzie Arifin, bayi laki-laki berusia tiga bulan asal Sukabumi masih misteri. penyebab yang diketahui saat ini, dia meninggal dunia setelah 6 jam pascasuntik imunisasi berupa BCG, Polio, DPT dan Rotaviru.
Ilustrasi imunisasi/foto:antara.com

BERITAUSUKABUMI.COM-Penyebab kematian Muhammad Kenzie Arifin, bayi laki-laki berusia tiga bulan asal Sukabumi masih menjadi misteri. Diketahui, dia meninggal dunia 6 jam setelah pascasuntik imunisasi berupa BCG, Polio, DPT dan Rotaviru.

Penjabat (Pj) Wali Kota Sukabumi Kusmana Hartadji mengatakan, pihaknya sudah mendengarkan penjelasan dari Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI) melalui zoom meeting. Di dalamnya turut hadir perwakilan Kementerian Kesehatan, Komandan Daerah KIPI Jawa Barat, Dinas kesehatan Provinsi Jabar, Dinas kesehatan Kota Sukabumi termasuk orang tua korban namun tertutup bagi awak media.

Kata Dinas kesehatan Kota Sukabumi soal Bayi Meninggal Diduga Usai Imunisasi di Sukabumi Dia mengklaim, Pemkot Sukabumi telah melakukan upaya-upaya sesuai prosedural mulai dari mendampingi keluarga, merespons aduan pelaporan dari orang tua, merujuk ke rumah sakit, memakamkan korban hingga melakukan investigasi.

BACA JUGA :

Bacaan Lainnya

Kusmana Hartadji Ingatkan Pegawai DPUTR Kota Sukabumi Bisa Jaga Integritas dan Attitude

Kusmana menjelaskan, hasil audit Komnas KIPI belum menyatakan penyebab kematian bayi Kenzie. Oleh sebab itu, dibutuhkan penyelidikan lebih lanjut melalui ekshumasi (pengangkatan jenazah) dan penelitian antigen imunisasi di BPOM. “Adapun hasil audit Komnas KIPI memberikan kesimpulan prosedur pemberian imunisasi telah dilakukan sesuai prosedur yang berlaku.

Selanjutnya untuk mengetahui penyebab kematian, diperlukan tambahan data dan bukti dengan melakukan pemeriksaan uji endotoksin yaitu dengan sterilitas terhadap semua vaksin yang diberikan serta melakukan autopsi forensik atau klinis,” kata Kusmana di Balai Kota Sukabumi, Kamis (20/6/2024).

“Ini lah jadi penyebab kematiannya datanya kan secara kejadiannya cepat, jadi secara data-data yang ada itu belum memenuhi untuk menyampaikan apa sih penyebab kematiannya, makanya perlu dilakukan, perlu informasi data lengkap melalui salah satunya tadi dari BPOM juga melalui autopsi,” sambungnya.

BACA JUGA :

Kematian Janda Muda asal Cisaat Sukabumi Hotman Paris Hutapea Siap Mengawal

Lebih lanjut, Komnas KIPI juga sempat menjawab beberapa pertanyaan keluarga terkait penyebab kematian sang bayi. Oleh sebab itu, langkah secara pasti akan ditempuh dengan mengirimkan sampel antigen dan melakukan autopsi yang melibatkan aparat kepolisian.

“Selain dari kita menunggu proses dari BPOM, kita juga melakukan langkah berikutnya yaitu melakukan autopsi forensik klinis karena kesiapan dari keluarga juga seperti itu. Betul (melibatkan kepolisian) tadi juga dari Polres sudah diberi tahapannya, mungkin nanti pelaporan dari kuasa hukum karena memang sudah pakai kuasa hukum,” jelasnya.

Kabid P2P Dinas Kesehatan Jawa Barat dr Rochady Hendra menjelaskan, pemeriksaan sampel di BPOM dilakukan untuk uji toksisitas dan sterilitas. Menurutnya, vaksin ketika dibuka maka berpotensi terkena racun dan tidak steril. “Makanya kita akan menjawabnya setelah pemeriksaan oleh BPOM apakah vaksin yang kemarin diberikan dalam kondisi baik tidak, ada toksin dan tidak, ada kuman-kuman lain atau steril,” kata Rochady.

Berdasarkan keterangan yang sudah dijelaskan Komnas KIPI, Rochady menilai bahwa kematian bayi berusia tiga bulan itu tidak secara langsung berhubungan dengan imuniAsasi. Biasanya, kata dia, kematian akibat imunisasi terjadi setengah jam pascasuntik imunisasi. Namun dalam peristiwa yang dialami korban, kematian terjadi setelah 6 jam imunisasi.

“Bayi ini kan diminta menunggu ternyata dalam 5 sampai 10 menit kalau nggak salah ternyata tidak ada gejala apa-apa dan baru pulang, sekitar 6 jam baru terjadi. Jadi kalau kesimpulan Kombas KIPI, kalau yang terkait langsung kematiannya itu dalam waktu setengah jam tidak lebih dari itu. Tapi untuk kepastian tadi (dibutuhkan penyelidikan ekshumasi dan BPOM),” jelasnya.

Sebelumnya diberitakan, nasib pilu menimpa pasangan suami istri Isan Nur Arifin (27) dan Deara Wulandari (27) asal Kecamatan Warudoyong, Kota Sukabumi. Anak kedua mereka yang masih berusia tiga bulan meninggal dunia setelah mendapatkan suntik imunisasi pada 11 Juni 2024.

BACA JUGA

Tragis warga Surade tewas tergiling mesin penghancur batu kapur di Jampang Tengah

Deara selaku ibu korban mengatakan, Kenzie lahir secara normal dan sehat pada 14 Maret 2024 lalu. Saat kejadian berlangsung, tenaga kesehatan tidak meminta izin terlebih dahulu kepadanya untuk memberikan empat jenis vaksin sekaligus kepada anaknya.

“Pihak bidannya tidak ada melakukan tawaran dulu ke saya, setuju atau tidaknya obat ini diberikan, disekaliguskan. Terus sesudah cek suhu tubuh dikatakan normal sama bidan, lanjut penyuntikan tapi yang menyuntiknya bukan bidan, ada lagi beda orang. Bidan mah hanya ngasih tahu ke orang itu buat nyuntik BCG, DTT, sama obat yang ditetes ke mulut,” kata Deara.

Sekitar jam 09.00 WIB, mereka pulang ke rumah dengan kondisi anak masih dalam keadaan normal dan tidak menunjukkan gejala. Sekitar pukul 11:00 WIB, sang ibu memberikan obat sirup paracetamol berdasarkan arahan bidan. Pada pukul 14:00 WIB, korban Kenzie tiba-tiba menangis histeris dan menolak minum ASI.

BACA JUGA :

Kusmana Hartadji Dorong Strategi UMKM dan Promosi Digital di Bazar Murah Sukabumi

“Nah waktu sekitar jam 14:00 WIB si Dede-nya nangis tapi lama-lama suaranya teh makin kecil terus nggak mau nenen. Waktu itu langsung saya chatt bidannya, terus datang bidannya sama seorang dokter ke rumah,” ucap dia.

Di rumah, dokter dan seorang bida memeriksa suhu tubuh bayi dan dinyatakan normal. Sebagai penanganan pertama atas kejang bayi, dokter pun memasukkan obat ke bagian anus bayi.

“Habis disuntik diajak lah ke rumah sakit, di perjalanan si anak bibirnya sudah ungu terus kakinya dingin,” sambungnya lirih.Sesampainya di Rumah

Sakit Asy-Syifa, korban diperiksa bagian dada dan diberikan oksigen namun tidak merespons. Di hari yang sama sekitar pukul 15:00 WIB, bayi malang itu dinyatakan meninggal dunia.

Usai peristiwa tersebut, pihak keluarga berharap agar kasus ini ditangani sampai tuntas. Sejauh ini, dia baru membuat pengaduan ke aparat kepolisian. “Kalau keinginan dari keluarga, kasus ini pengen sampai tuntas gitu ya, tidak ada yang ditutupi, apa penyebabnya anak saya sampai meninggal, apa dari karena obat yang terlalu banyak masuk? Atau karena kelalaian bidan atau karena obatnya kedaluwarsa atau apa gitu kan,” kata dia.

“Kita nggak tahu, kita nggak paham soal itu (medis) yang lebih paham kan pasti dari pihak nakes atau bidan tersebut karena dari lahir anak saya nggak ada penyakit bawaan,” tambahnya.


sumber : berbagai sumber

editor : Rudi Pudar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *