BERITAUSUKABUMI.COM-Partai Persatuan Pembangunan (PPP) mengalami dualisme. Hal ini terlihat dari DPW PPP yang mendeklarasikan dukungan Capres terhadap Anies Baswedan. Sementara DPW PPP Sumut dan Banten resmi mencalonkan Ganjar Pranowo sebagai Capres 2024. Menurut pengamat politik Karel Susetyo, PPP pada saat ini tengah mengalami krisis kepemimpinan setelah Suharso Monoarfa tak lagi menjabat sebagai ketua umum.
Pengamat politik dan CEO Point Indonesia Karel Susetyo menilai apa yang terjadi di PPP sekarang ini menunjukkan terjadinya krisis kepemimpinan di partai berlambang Ka’bah tersebut. Ibaratnya kapal oleng ke kanan dan ke kiri, kehilangan arah. Jelas itu adalah akibat lemahnya kepemimpinan utama di PPP. Mardiono telah gagal membawa PPP menuju Pilpres 2024.
LIHAT JUGA
- Ade Yasin Minta PPP Sukabumi Berikan Porsi 40 Persen Untuk Milenial
- Yanti Indri Resmi Hijrah dari PPP ke PAN
“Pengurus di bawah tak lagi taat pada putusan Plt Ketum. Ini berbeda dengan saat letum masih dijabat oleh Suharso Monoarfa. Situasi makin diperburuk, ketika Mardiono malah sibuk mempreteli pendukung Suharso Monoarfa, baik yang ada di kepengurusan PPP dan legislatif,” ujar Karel melalui keterangan pers, Senin (10/10/2022).
Karel menuturkan, dengan “membuang” Suharso Monoarfa sebenarnya PPP sedang menggali kuburnya sendiri. Karena hingga saat ini Suharso tetap konsisten mencintai PPP, ia tak pernah mutung, keluar lalu membentuk partai sempalan. Suharso sosok politisi Islam yang konsisten, di sisi lain juga seorang teknokrat yang visioner.
Diketahui, status Mardiono masih sebagai PLT Ketum PPP, belum definitif sebagai ketum. Untuk itu, ” Mardiono harus menyelenggarakan Muktamar Luar Biasa agar status nya jelas dan bisa secara resmi bertindak mewakili PPP dalam rangkaian Pemilu ke depan. Misalnya menandatangani DCS dan DCT. Tanpa itu, Mardiono hanyalah ketum tanpa gigi. Tanpa Muktamar Luar Biasa, Mardiono tidak sah menggantikan Suharso Monoarfa,” kata Karel.
sumber : beritasatu.com