BERITAUSUKABUMI.COM-Di Kota Sukabumi ada warga yang memiliki nama Israel, sebuah nama yang akhir-akhir kembali jadi perbincangan dunia atas aksi agresi militernya ke kawasan pemukiman warga Gaza Palestina.
Warga Kota Sukabumi yang tinggal di Perumahan Puri Cibeureum Permai 2 Sukabumi Kota Sukabumi, mengaku memiliki nama Israel langsung dari ayahnya sendiri.
Meski diberi nama Israel, namun Israel sama sekali tidak Lahir dan besar di negara Israel. Ia pun sama sekali tidak memiliki garis keturunan darah orang Israel atau darah Yahudi.
Menurut Israel, nama yang diberikan oleh ayahnya ini tidak lain hanya sebuah rasa terima kasih dari pengalaman yang tak terlupakan yang dialami ayahnya sewaktu ayahnya kali pertama menginjakkan kaki di negara Palestina, beberapa puluh tahun lalu.
Putra sulung dari tiga bersaudara dari pasangan almarhumah Eha Julaeha dan almarhum Djoni Giu ini menceritakan, nama Israel didapatnya sewaktu ayahnya melaut ke Negara Palestina, sekitar tahun 1978 lalu.
“Almarhum bapak saya seorang pelaut, bapak saya bekerja di kapal pada bagian mesin. Bapak saya biasa keliling dunia, dan saat itu pernah singgah ke Negara Palestina. Di situlah sejarah nama Israel diberikan kepada saya,”terang Israel.
Sewaktu bersandar di Palestina, sebagaimana pelaut kebanyakan, ayahnya menggunakan waktu yang cukup singkat untuk berkeliling di sekitaran daerah Palestina. Mungkin terlalu bersemangat dalam menikmati jalan-jalan di Palestina. Ayahnya ungkap Israel sampai lupa untuk membawa bekal makan siang.
“Nah, sampai pada kondisi tidak dapat menahan lapar, pada saat kondisi tersebut, kebetulan ada tentara Israel yang cukup berbaik hati untuk berbagi makanan untuk sekedar pengganjal perut ke ayah saya. Meski makanannya tidak banyak, tapi bagi ayah saya, makanan itu merupakan penyelamat di saat kondisi lapar yang tidak tertahan. Sampai pada akhirnya ayah saya mengeluarkan pernyataan, jika memiliki anak laki-laki, akan aku beri nama Israel,”ungkap Israel menceritakan sejarah asal muasal namanya.
Pemberian nama Israel terhadap dirinya pun sebenarnya kata dia sempat menjadi perdebatan hebat di internal keluarga besarnya. Terlebih, Tahun 1980, dengan nomor aktanya 20, nama Israel sudah didaftarkan dalam catatan akta kelahiran oleh ayah dan ibunya di Kantor Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Sukabumi. (dulu masih Kotamadya Tingkat II Sukabumi).
Singkat cerita, nama Israel pun di tahun 1985 diganti menjadi Isra Yanuar Giu. Dari sejak itu hingga detik ini, keluarganya, rekan-rekan serta orang-orang terdekatnya memanggilnya dengan nama Isro bukan Israel.
“Dalam kontek nama yang diberikan oleh orangtua saya. Tentu saya sangat menghargai dengan pemberian nama tersebut, karena ada unsur sejarahnya. Akan tetapi dalam kontek negara Israel yang mengambil kedaulatan sebuah negara, ini sudah mencederai kedaulatan sebuah negara, dan saya mengutuk aktifitas tersebut,”kata Israel saat ditanya bagaimana perasaan diberi nama Israel dengan nama negara Israel yang dimurkai umat Islam seluruh dunia.
Nama Israel sebenarnya bertolak belakang dengan aktivitas kehidupan Israel atau Isra. Israel di sana di Palestina berperangai kejam, bengis dan menjajah ke rakyat Palestina. Tapi Israel di Sukabumi ini, orang humanis, cukup agamis dan kadang humoris.
- BACA JUGA : Ini Tanda-tanda Hancurnya Rezim Zionis Israel
Di kalangan para aktivis dan rekan-rekannya dekatnya, Isra merupakan mantan aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Dan, sampai kini pun Isra menjadi salah satu pengurus Kesatuan Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Sukabumi.
Bahkan, Isra pun mengaku di tahun 2000 lampau, dirinya sempat aktif mengikuti perkumpulan jamaah tablig atau lebih dikenal dengan jamaah khuruj, sebuah perkumpulan jamaah yang menghidupkan berbagai amalan sunnah Rosulloh dengan metode dakwah yang biasanya dilakukan dari rumah ke rumah dan dari masjid ke masjid dengan berjalan kaki dan dipimpin oleh seorang Amir atau pimpinan.
Pekerjaan Isra merupakan konsultan penyusun dokumen Amdal. Ia adalah salah satu konsultan di Sukabumi yang sudah memegang sertifikat kompetensi penyusun dokumen Amdal.
Selain itu, penelitian, survey dan diskusi ilmiah, baik soal sosial, persoalan lalu lintas, lingkungan maupun kajian pergerakan Islam juga jadi rutinitas aktivitasnya.
editor : Irwan Kurniawan