BERITAUSUKABUMI.COM-Permainan yang kini sedang digandrungi masyarakat terutama anak-anak, yang lebih populer disebut Lato-lato asal muasal ternyata bukan dari Indonesia.
Bahkan, dalam satu kesempatan Presiden Joko Widodo saat kunjungan kerja di salah satu pasar di Subang Jawa Barat, sempat mencoba permainan Lato-lato.
Meski lebih populer disebut Lato-lato, mainan yang bentuknya dua bola pemberat yang terikat pada tali laiknya pendulum dan cincin di bagian atasnya ini dikenal dengan nama yang berbeda-beda di setiap daerahnya.
Di Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) misalnya disebut latto-latto yang merujuk pada bahasa Bugis yang artinya benturan. Di provinsi lainnya seperti di wilayah Sulawesi Tenggara yang dikenal dengan nama katto-katto, di Pulau Jawa adalah etek-etek, sementara di daerah lainnya adalah nok-nok sampai toki-toki.
LIHAT JUGA :
- Awal Sejarah Hari Ibu Kali Pertama dilakukan di Amerika Serikat
- Ini 11 Peristiwa Bersejarah Selama Bulan Muharam
Lato-lato adalah salah satu jenis permainan tradisional yang dapat ditemukan di Indonesia. Lato-lato ini sangat ikonik sejak zaman 1990-an, terutama untuk masyarakat yang tinggal di kawasan pedesaan.
Meski banyak ditemukan di Indonesia sejak zaman dahulu. Tapi ternyata, permainan viral ini muncul pertama kali pada tahun 1960-an kemudian mulai populer tahun 1970-an di Amerika. Di negeri Paman Sam, lato-lato dikenal dengan sebutan clankers.
Permainan satu ini ternyata tidak bisa bertahan lama karena memakan korban jiwa. Kemudian pada tahun 1970-an di Amerika Serikat, permainan ini sempat dilarang oleh pejabat sekolah setempat.
Pada awal kemunculannya, material yang digunakan untuk mainan lato-lato adalah kaca dan cara memainkannya yang dianggap berbahaya. Tidak jarang pengguna membanting clackers dengan keras sampai pecahannya bertebaran dan mengenai tubuh seseorang.
Tapi, seiring berjalannya waktu, material yang digunakan untuk mainan lato-lato adalah plastik atau kayu. Sehingga ketika dimainkan menjadi semakin ringan dan lebih aman ketimbang lato-lato yang berbahan kaca.
sumber : berbagai sumber
copy editor : Irwan Kurniawan