BMKG Ungkap Penyebab Bencana Alam Banjir, Longsor dan Retakan Tanah di Kabupaten Sukabumi

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menjelaskan penyebab bencana alam banjir bandang, tanah longsor, dan keretakan tanah di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat pada Rabu (4/12/2024) lalu akibat adanya bibit siklon 95W di Laut Natuna Utara dan sirkulasi siklonik terpantau di Samudra Hindia Barat daya Banten.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati saat meninjau retakan tanah (bmkg)

beritausukabumi.com-Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menjelaskan penyebab  banjir bandang, tanah longsor, dan retakan tanah di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat pada Rabu (4/12/2024) lalu.

Menurut Dwikorita Karnawati bencana alam itu akibat adanya bibit siklon 95W di Laut Natuna Utara dan sirkulasi siklonik terpantau di Samudra Hindia Barat daya Banten.

“Dampaknya terjadi angin kencang kemudian disertai gelombang tinggi di laut. Nah di darat adalah meningkatnya curah hujan yang intensitasnya lebat hingga sangat lebat disertai angin kencang dan petir,” kata Dwikorita Karnawati pada saat Rapat Koordinasi Penanganan Banjir Bandang di Pendopo Sukabumi, Jawa Barat, Jumat (6/12/2024).

Bacaan Lainnya

Dwikorita Karnawati mengatakan kondisi tersebut mengakibatkan pembentukan pola belokan angin dan pertemuan angin di wilayah Jawa Barat. Di sisi lain, gelombang kelvin aktif di perairan barat Pulau Jawa turut berperan meningkatkan pembentukan awan.

Sehingga berdasarkan analisis BMKG pada saat kejadian, terpantau pertumbuhan awan di wilayah Kabupaten Sukabumi yang membuat hujan dengan intensitas sedang hingga lebat sejak dini hari hingga siang.

Di sisi lain, BMKG juga telah mendeteksi kemunculan bibit siklon tropis 91S di Samudra Hindia, sebelah barat daya Banten yang diperkirakan akan memberikan dampak terhadap kondisi cuaca dan gelombang laut di Sebagian wilayah Indonesia dalam satu hingga tiga hari ke depan yakni 6-8 Desember 2024.

Dampak dari keberadaan bibit Siklon Tropis 91S diperkirakan meliputi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang di wilayah Lampung, Banten, Jawa Barat, dan Jabodetabek.

Sementara itu di wilayah perairan selatan Selat Sunda, dampak angin kencang dapat mencapai kisaran 15-25 knot (27-46 km/jam).

Selain itu, kata Dwikorita Karnawati, gelombang laut setinggi 1,25 hingga 2,5 meter diprediksi terjadi di kawasan Samudra Hindia, khususnya di selatan Bali hingga Nusa Tenggara Timur.

Gelombang yang lebih tinggi, dengan ketinggian antara 2,5 hingga 4,0 meter, berpotensi terjadi di perairan Bengkulu – Enggano, Perairan Barat Lampung, Samudra Hindia barat Bengkulu – Lampung, Selat Sunda bagian barat dan selatan, Perairan Selatan Banten, Perairan Garut – Pangandaran, hingga Samudra Hindia di barat daya Banten dan selatan Jawa Tengah.

Pada lapisan atmosfer yang lebih tinggi, 3000 kaki (sekitar 900-an meter), lanjut Dwikorita, kecepatan angin diperkirakan dapat mencapai hingga 35 knot (65 km/jam), kondisi ini menunjukkan potensi cuaca signifikan di wilayah sekitarnya.

“Bibit siklon 91S ini posisinya lebih dekat sehingga terus terang kami mengkhawatirkan itu makanya kami cek di lapangan. Biasanya yang terdampak duluan di Pelabuhan Ratu meningkatnya gelombang dan anginnya lebih kencang,” ujarnya.

sumber : BMKG

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *