BERITAUSUKABUMI.COM–Batu Karut di kawasan Inna Samudera Beach Hotel (SBH) Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi Jawa Barat tidak hanya menarik karena eksotik dan bernilai sejarah tinggi.
Hasil penelitian tim Geopark Ciletuh-Palabuhanratu memaparkan penjelasan ilmiah mengenai proses adanya Batu Karut di Inna Samudra beach Hotel itu.
Di mana, adanya Batu Karut itu merupakan kekar kolom ignimbrit (tumpukan batu geosite) yang terbentuk ketika lava atau abu vulkanik sangat panas terjadi, lalu perlahan menjadi dingin secara alami. Hal ini membuktikan bahwa keberadaan gunung api di masa lampau ada di lokasi tersebut.
Tidak hanya segi pemaparan ilmiah. Sisi lain yang menarik dari Batu Karut yang masuk menjadi salah satu objek wisata Geopark Ciletuh-Palabuhanratu ini oleh sebagian masyarakat sekitar, keberadaannya ternyata dipercaya memiliki cerita legenda tersendiri.
Landscape atau bentang alam posisi situs geosit dua blok Batu Karut di sepadan bibir pantai SBH tersebut terlihat seperti gerbang pintu masuk. Nah, dari posisi dua blok batu itulah penduduk setempat percaya ini pintu gerbang untuk bisa memasuki kerajaan bawah lautan.
Entah kerajaan bawah laut milik siapa. Hanya kalau kita kaitkan dengan sosok legenda Nyai Roro Kidul. Bisa jadi kerajaan bawah tanah yang dimaksud masyarakat setempat yang masih percaya, kerajaan itu tidak bukan yakni kerajaan Nyi Ratu Roro Kidul, yang menurut legenda merupakan sosok penguasa laut pantai selatan.
Di sini pula asal muasal nama Palabuhanratu yang saat ini kita ketahui bermula. Demikian keterangan dalam papan keterangan yang tertera di Batu Karut tersebut.
“Semua penjelasan di papan keterangan Batu Karut itu yang membuatnya tim peneliti Geopark Ciletuh-Palabuhanratu. Tim peneliti memberikan keterangan di papan keterangan bersumber dari masyarakat sekitar,”kata Asep Rusli aktivis pegiat wisata Sukabumi dikonfirmasi BERITAUSUKABUMI.COM, Rabu 31 Maret 2021.
Hanya untuk menguak cerita benar tidaknya dua blok Batu Karut di parkiran SBH itu pintu gerbang masuk ke kerajaan bawah laut, memerlukan penelitian ahli sejarah.
“Namanya juga cerita legenda, percaya silahkan ngga percaya tidak apa-apa. Hanya dari budaya dan sejarah, Batu Karut di SBH memiliki nilai budaya tinggi untuk dikunjungi wisatawan,”ungkap Asep Rusli.
Di sukabumiXYZ.com, Irman Sufi Firmanyah dari Soekaboemi Heritages dan mengungkapkan nama asal muasal nama Palabuhanratu pada awalnya disebut Muara Ratu, kemudian sempat menjadiWijnkooopsbaai Pelabuhanratu. Konon ceritanya, Palabuhanratu merupakan pelabuhan militer Kerajaan Sunda Pajajaran saat Sunda Kelapa dikuasai Fatahillah.
Nama Muara Ratu, masih tercatat dalam Instruksi Kastil Batavia mengenai rencana ekspedisi wilayah selatan kepada Sersan Scipio dan Letnan Patingi Tanujiwa pada 1687. Namanya kemudian berubah lagi dalam beberapa peta yang dibuat Bangsa Eropa dan disebut Vijnkoopsbaai (dengan huruf “V”).
Selain itu, ada pegunungan yang disebut Vijncoopsbergen, yaitu sebuah perkebunan kelapa dan aren sebagai bahan baku produksi tuak. Daya mabuk tuak ini seperti anggur. Karenanya, pelabuhan di pesisir selatan Kabupaten Sukabumi ini dikenal sebagai pelabuhan yang mengirim tuak kelapa atau aren ini. Hal ini dijelaskan oleh Professor Veth bahwa nama Wijnkoopsbaai berasal dari pedagang bernama Jan Jacobz yang melakukan bisnis anggur di Palabuhanratu pada masa VOC, atau tepatnya pada 1626.
Jika cerita diatas benar adanya, kepastian dialah orang Eropa pertama yang mendatangi Palabuhanratu. Sementara pendapat lain, AG Voderman menegaskan bahwa nama tersebut berasal dari tuak/anggur kelapa yang ditanam dan dipanen di sekitar pantai, sehingga orang portugis menyebutnya wijncoops mountain, dan jadilah namanya wijnkoopsbaai.
Orang Sunda mengenalnya sebagai Palabuan tanpa mengunakan huruf “H”, dan orang Belanda menyebutnya Palaboean. Palabuan dalam lingkungan orang sunda sebenarnya tidak hanya terbatas pada pelabuhan perdagangan, tetapi juga tempat berlabuhnya perahu nelayan.
Jadi mungkin juga nama ini sudah sangat lama digunakan, terutama jika membaca kisah-kisah rakyat mengenai “ratu” Pajajaran yang mendirikan kerajaan di sana. Atau versi lain yaitu raja (yang dulu disebut juga ratu) yang sempat berlabuh di sekitar Muara Cimandiri daerah Bagbagan Palabuhanratu.
Editor : Rikat Elang Perkasa