Kota Sukabumi Daerah Tertinggi Kondisi Inflasi di Jawa Barat

Kota Sukabumi jadi daerah tertinggi inflasi di Jawa Barat. Sedangkan daerah dengan inflasi terendah adalah Kabupaten Bandung. Demikian disebutkan Ketua Tim Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat (Jabar) Ninik Anisah.
Pedagang di Pasar Pelita Kota Sukabumi (ist)

beritausukabumi.com-Kota Sukabumi jadi daerah tertinggi inflasi di Jawa Barat. Sedangkan daerah dengan inflasi terendah adalah Kabupaten Bandung.

Demikian disebutkan Ketua Tim Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat (Jabar) Ninik Anisah.

“Pada Desember 2024, Jawa Barat mengalami inflasi secara month to month (m2m) sebesar 0,35 persen. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Sukabumi sebesar 0,84 persen dan terendah terjadi di Kabupaten Bandung sebesar 0,20 persen,” kata Ninik Anisah,  membeberkan kondisi inflasi di 27 kabupaten dan kota seluruh wilayah Jabar,
Kamis (2/1/2025).

Bacaan Lainnya

Salah satu komoditas bahan pokok yang turut menjadi penyumbang inflasi ada beberapa, seperti telur ayam hingga cabai rawit.

“Komoditas penyumbang utama inflasi m2m Desember 2024 di antaranya telur ayam ras, cabai merah, minyak goreng, cabai rawit, dan bawang merah,” ujarnya.

Teulur jadi komoditas bahan pokok yang turut menjadi penyumbang inflasi

Sementara dalam Rakor pengendalian inflasi yang digelar oleh Kementerian Dalam Negeri pada Senin, (6/1/2025), yang diikuti secara virtual Pj. Wali Kota Sukabumi, Kusmana Hartadji, Pj. Sekda Kota Sukabumi, Hasan Asari Kepala BPS Kota Sukabumi, Urip Sugeng Santoso, dan sejumlah perwakilan OPD.

Mendagri, Tito Karnavian menyampaikan perkembangan inflasi nasional dari akhir 2024 hingga awal 2025, termasuk kontribusi sektor-sektor utama dan kinerja daerah dalam menjaga stabilitas harga.

Tito memaparkan bahwa inflasi bulanan dari November ke Desember 2024 meningkat dari 0,3% menjadi 0,44%. Penyumbang terbesar inflasi adalah sektor makanan, minuman, dan tembakau dengan kontribusi 1,33%.

“Kenaikan ini wajar mengingat adanya perayaan besar seperti Natal dan Tahun Baru yang mendorong lonjakan permintaan,” jelas Tito.

Selain itu, sektor kesehatan (0,35%), perawatan pribadi dan jasa lainnya (0,26%), serta penyajian makanan dan minuman di restoran (0,17%) turut berkontribusi pada kenaikan inflasi.

Namun, sektor transportasi hanya menyumbang 0,04%, lebih rendah dibandingkan biasanya. Tito mengaitkan hal ini dengan kebijakan pemerintah yang menurunkan biaya angkutan udara sebesar 10%.

Secara tahunan, inflasi pada Desember 2024 mencapai 1,57%, menurun signifikan dibanding Desember 2023 yang tercatat sebesar 2,61%.

“Angka ini masih dalam target nasional, yaitu 1,5% hingga 3,5%, dengan target ideal di 2,5% ± 1%,” ungkapnya.

Tito menegaskan pemerintah pusat dan daerah harus terus bersinergi dalam menjaga inflasi agar tetap terkendali.

“Meski angka inflasi nasional berada dalam target, kita tetap harus waspada dan berupaya memastikan kenaikan harga barang dan jasa tidak memberatkan masyarakat,” tutupnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *